Rencanaku berantankan. Dengan wajah
penuh kekecewaan aku memanggil ibu di dalam mobil. Rendra tidak akan datang. ku
ambil semua hadiah yang sudah aku siapkan. Boneka hellokitty, surat, kotak
kecil. Aku ingin Annisa tahu betapa aku menyayanginya. Aku sudah berjanji saat
aku kembali aku akan membawakan boneka ini untuknya. Sembari berderai air mata,
ku letakkan boneka itu di atas makamnya. Surat yang ia tulis untukku juga aku
bacakan.
Belum selesai aku membacakan surat
itu, seseorang datang menghampiri. Dengan bunga di tangannya ia semakin
mendekat. Ia bersama seorang gadis yang cantik. Gadis itu berada di
belakangnya. Lebih tepatnya ia mendorong kursi roda. Aku kaget bukan main. Saat
tersadar bahwa yang duduk di kursi roda itu adalah Rendra. aku terperangah tak
percaya. Mulutku tak sanggup berucap. Surat yang ada di tanganku jatuh. Aku tak
mampu menggenggamnya. Seluruh badanku terasa kaku. Aku tak bisa bergerak.
“ Rendra….” aku bergumam dalam hati.
Mata sipitku terus saja memandanginya. Ia memakai topi sama seperti pertama
kali aku melihatnya di dalam pesawat. Kali ini ia terlihat berbeda. Wajahnya
pucat. Matanya basah. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi padanya.
Alicia. gadis cantik sepupu Rendra
ini membisikiku. Ia meminta agar aku meninggalkan Rendra sendiri. Ada sesuatu
yang Rendra ingin sampaikan kepada Annisa. aku terdiam. Kala memandangi ibu
yang terlihat kebingungan aku tak bisa melakukan itu. yang ingin Rendra katakan
pada Annisa, ibu juga harus dengar. Sudah saatnya ibu tahu semuanya.
Rendra memaksa turun dari kursi
roda. Ia terjatuh tepat di samping boneka yang aku letakkan tadi. Di raihya
boneka itu. air matanya semakin deras berjatuhan.
“ Nis….selamat ulang tahun. ma’afkan
aku yang sempat membuatmu kecewa. Ma’afkan aku yang pernah meninggalkanmu. Aku
hanya tidak ingin kamu melihatku sakit. Aku tidak ingin kamu mengkhawatirkanku.
Kamu pantas bahagia bersama orang lain. Nis…seharusnya sebelum aku pergi aku
mengatakan jika sebenarnya aku menyayangimu. Aku salah….aku yang membuat
semuanya seperti ini. Ku mohon Nis, ma’afkan aku.”
Rendra tak hentinya mencium nisan
Annisa. ia berusaha bangkit tapi kakinya tak bisa ia gerakkan. Arman berlari
membantu Rendra, tapi Alicia mencegahnya. Alicia sangat mengerti perasaan
Rendra. saat ini yang Rendra butuhkan adalah kesempatan untuk meluapkan segala
rasa yang selama ini ada di hatinya. Rasa yang selama ini hanya sanggup ia
pendam.
“ sebenarnya Rendra kenapa ?”
“ Rendraaaaa…..”
Alicia gelagapan. Ia terlihat begitu
berat untuk menceritakan semuanya padaku. entah apa yang sudah terjadi pada
Rendra, aku benar-benar tak sanggup menerka. Tiba-tiba ia datang dengan kursi
roda, dari tadi ia menyebutkan kata sakit. Aku di buatnya semakin bingung.
“ Rendra kenapa Lic, please….”
“ sebenarnya Rendra itu sakit kak.
Selama ini ia hanya berpura-pura ceria dan terlihat sehat di depan orang.
Termasuk di depan Annisa dan kak Achy. Kemarin, Rendra pergi ke Jakarta dan
meninggalkan Annisa bukan karena ingin sekolah tapi berobat. Rendra di vonis
oleh dokter menderita penyakit kanker otak. Setelah mengetahui itu, Rendra
memutuskan untuk pergi. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan Annisa. di
Jakarta ia berjuang mati-matian untuk sembuh. Setelah menedengar Annisa
kecelakaan dan meninggal keadaannya semakin menurun. Tapi kemarin ia memaksa
untuk pulang. Ia ingin melihat makam Annisa.”
“ terus kenapa sekarang ia seperti
ini, memakai kursi roda. Apakah penyakitnya semakin parah ?”
“ sebenarnya sebelum ke Makasar, Ia
sudah di vonis oleh dokter hidupnya tidak akan lama lagi. dan dua hari yang
lalu, ia kembali drop. Aku dan orang tuanya tidak bisa lagi berbuat apa-apa.”
Mendengar cerita Alicia. aku tak
sanggup membendung air mataku. Aku menangis sejadi-sejadinya. Aku tidak
menyangka semua ini. Rendra yang aku tahu ceria, ternyata seorang yang sedang
berjuang melawan penyakit ganas yang menggorogoti tubuhnya.
Rendraaaaa……
Ibu berteriak. Saat melihat ke arah
Rendra. aku kaget bukan main. Ia tak bergerak sedikitpun. Tangan kirinya masih
memegang boneka sementara tangan kananya masih menyentuh nisan Annisa. aku
berusaha meraihnya.. Ku periksa nafasnya telah tiada. Detag jantungnya tiada
lagi terdengar, aku tak bisa menahan air mataku. Begitupun Alicia. inna
lillahi wainna ilaihi rojiun.
Rendra menyusul Annisa yang telah
lebih dulu menghadap Tuhan. Rendra pergi dengan senyuman di bibirnya. Meski
berderai air mata, ia pergi dengan perasaan tenang. semua rasa yang selama ini
hanya terpendam di hatinya akhirnya terucap juga. Aku, ibu, Arman dan Alicia
mendengar itu. “aku menyayangimu.” Kata itu terucap dari bibir Rendra sebelum
pada akhirnya ia benar-benar pergi.
Komentar
Posting Komentar